Cara Menulis Puisi dan Contoh Puisi


Cara Menulis Puisi dan Contoh Puisi

menulis puisi


Puisi adalah ciptaan tentang sesuatu keindahan dalam bentuk berirama. Citarasa adalah unsur yang diutaman. Hubungan dengan budaya intelek atau dengan suara hati hanya merupakan hubungan yang serasi. Jika bukan secara kebetulan, ia tidak ada kena mengena langsung sama ada dengan tugasnya atau dengan kebenaran. (Edgar Allan Poe)

Dari pengertian di atas dapat diambil beberapa poin yang menjadi pembentuk puisi: keindahan, irama/intonasi, citarasa, suara hati, dan kebenaran.  

      · Keindahan sejatinya hasil dari rangkaian unsur-unsur yang disajikan sedemikian rupa yang
memiliki suatu unsur yang terlihat menarik, cantik, ataupun selaras.

· Irama/intonasi berperan menghidupkan kata-kata; memberi jeda, mengalunkan, memainkan
sampai memberi keharmonisan yang pantas.

· Citarasa menyerap dan membawa keindahan ke tempat yang sesuai. Citarasa mampu
menyesuaikan makna menjadi kehidupan.

·Suasana hati menyuarakan kejujuran yang dilambangkan/disampaikan lewat kata-kata,
Seringkali suasana hati memang bisa mengaburkan pandangan penulis saat menuliskan suatu hal.

· Kebenaran menunjukkan dan mengajak memenangan sesuatu atas apa pun. Berangkat darimana
pun kebenaran tetap berada di puncak. Selebihnya cuma saran, mungkin kekeliruan yang memang
harus ada,  sebelum sadar atau menemukan jawaban yang tepat (sendiri atau dengan bantuan
orang lain).

Puisi dengan keunikannya, memberikan kenyamanan pembaca dan penulis. Puisi seperti saripati dari seluruh bahasa batin atau pun nurani, meskipun terkadang logika sedikit memantaskan.

Cara menuliskan puisi ini, memaksudkan penulis muda lebih bersemangat untuk terus berkarya. Memberikan kemampuan untuk diri sendiri khususnya, dan orang-orang di sekitar pada umumnya.

1.  Kejelasan tema. Tema yang jelas membantu penulis mengarah pada kesatuan. Kesatuan yang mengartikan keseluruahan makna. Dari setiap larik-larik puisi yang dirangkai, makna-makna dipadukan.
2. Perasaan yang murni. Penulis yang baik memiliki perasaan yang murni. Artinya, tidak mengaburkan ungkapan-ungkapan dengan kata-kata yang sukar dimengerti. Meskipun ada beberapa kesengajaan dari beberapa penulis yang menggunakan lambang bahasa untuk dirinya sendiri.
3.  Gaya bahasa yang khas. Kekhasan gaya bahasa, umumnya menjadikan puisi mudah dikenalai. Beberapa penulis ternama; seperti Joko pinurbo (dengan gaya bahasanya yang jenaka dan asik), Sapardi (dengan bahasa sederhana), Goenawan mohamad (dengan gumamannya, situasi makna yang dalam) menjadikan pembaca/penikmat puisi mudah mengenal puisi-puisinya.
4. Kekuatan imaji. Imaji merupakan unsur pembangun. Penyanggah bangunan puisi. Kekuatan imaji membantu pengalawan indrawi menjadi kekuatan dalam puisi. Pengalaman indrawi; baik itu bunyi, suara, maupun hal gaib membuat kekuatan bangunan puisi lebih kokoh. Tanpa kekuatan imaji bangunan puisi mudah runtuh dan tak ada nilainya.
5.  Nada yang mewakili. Dari setiap larik puisi, mesti mempunyai nada. Larik-larik yang memiliki makna bisa lebih hidup dengan adanya nada. Menjadikan makna tadi seakan berwujud. Misalkan repetisi (pengulangan), menyampaikan kata-kata yang lebih ingin ditonjolkan dalam puisi. Nada yang halus, nada yang keras, nada yang sesuai untuk pengungkapan perasaan puisi.
6.     Diksi yang tepat. Utamanya, diksi adalah pembeda puisi dengan prosa atau pun kalimat naratif cerita. Pemilihan kata (diksi) membantu ketepatan makna. Diksi menjadikan puisi unik. Tidak sembarang orang mampu memilih diksi dengan baik. Begitu pula membuat puisi tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Kalau pun bisa menyusun kata-kata bukan berarti bisa membuat puisi dengan baik.
7.  Penyampaian pesan. Pembaca, tentunya juga penyair sendiri ingin merasakan dampak dari puisi. Kemampuan puisi yang unik bisa membuat hiburan bagi batin. Bagi perasaan dan psikologis seseorang. Pesan bisa berupa nasihat, semangat, elegi. Setiap penyair yang baik selalu menyampaikan santunan dari keseluruhan makna dalam puisinya.

Demikianlah ketujuh cara menulis puisi. Setiap  poinnya terhubung untuk membuat puisi yang baik. Dari sudut pandang lain, puisi berguna untuk menirukan kehidupan sesuai keinginan penyair. Dalam hal lain, puisi sangat mampu mengisi kehidupan seorang pembaca. Hal ini tergantung momentum apa yang sesuai dengan kesamaan rasa antara penyair dan pembaca.

Tokoh-tokoh yang mampu menghadirkan puisi pada momentum tertentu, namanya akan terus hidup di dalam hati pembacanya. Seperti salah satu puisi Chairil Anwar berikut ini,

           PERSETUJUAN DENGAN BUNG KARNO


          
            Ayo! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janji
Aku sudaah cukup lama dengar bicaramu, dipanggang
atas apimu, digarami oleh lautmu      

Dari mulai tanggal 17 Agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut

Bung Karno! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak
dan berlabuh.

Selain menuliskan puisi cinta yang menyentuh. Chairil secara sungguh-sungguh juga mampu mengabdikan dirinya terhadap bangsa Indonesia. Peranannya menentukan perkembangan sastra kita. Momentum yang digunaknnya begitu tepat. Di zaman yang  diterpa berbagai konflik, Charil mengajak masyarkat Indonesia untuk menyatukan ide dan gagasan.

Lain lagi dengan momentum yang diambil Abdul Hadi. Pria kelahiran Sumenep, Madura pada 24 Juni 1946 ini, salah satu puisinya bertema alam. Suasana yang hidup dari puisinya mendamaikan. Meskipun ini sebuah klise, tetapi merupakan klise yang memiliki kesegaran. Memanglah sulit untuk membawa hal baru secara keseluruhan. Berikut ini adalah suasana yang dihadirkan dalam puisi Abdul Hadi,

abdul hadi
ANGIN MENDESIR LAGI

Angin: mendesir lagi
Hampir mengantuk
Ada sepi
Berbisik di dahan-dahan pohon
Lagi tahu, gerimis turun

Di luar kamar yang tembaga
Di luar rongga kota
Engkau gemetar karena musim
Cemas dalam kata
Dan tahu: ada yang tiada
Bangkit di jendela
Dan mungkin senja

Abdul Hadi dikenal dengan bahasa alamnya. Kandungan perasaan-perasaan kecil dari setiap larik puisinya mengairahkan. Kecermatannya dalam memilih monentum sangat jarang dimiliki oleh penyair-penyair lainnya.

Menikmati karya-karya Abdul Hadi seperti menghadapi susuatu yang asing, namun begitu dekat. Kemahiran bahasanya, dengan pilihan kata yang mampu mewakili perasaan. Entah momentum apa yang demikian nyata dalam perasaannya. Sentimen itu perlu. Kita lihat betapa Abdul Hadi menunjukkannya.

Contoh lainnya yang patut disimak adalah puisi Amir Hamza. Amir Hamza mungkin lebih sering menulis puisi sufistik. Momentum yang digunakannya banyak berasal dari batin dan usaha untuk terus mendekatkan kepada Ilahi.


SUBUH

Kalau subuh kedengaran tabuh
semua sepi sunyi sekali
bulan seorang tertawa terang
bintang mutiara bermain cahaya

Terjaga aku tersentak duduk
terdengar irama panggilan jaya
naik gembira meremang roma
terlihat panji terkibar di muka

Seketika teralpa;
masuk bisik hembusan setan
meredakan darah debur gemuruh
menjatuhkan kelopak mata terbuka

Terbaring badanku tiada berkuasa
tertutup mataku berat semata
terbuka layar gelanggang angan
terulik hatiku di dalam kelam

Tetapi hatiku, hatiku kecil
tiada terlayang di awang dendang
menanggis ia bersuara seni
ibakan panji tiada terdiri.  

Puisi berjudul subuh karya Amir Hamza mengambil momentum kesadaran akan kesalahan diri. Penyair mewakili gaya bahasanya dengan pengakuan akan kekeliruannya terhadap perintah Yang Maha Kuasa, sekaligus mengajak untuk tetap berusaha melawan kegetiran dalam dada.


Kemurnian rasa yang ditampilkan Amir Hamza membuat sendu. Mengarahkan kita ke pusat kesadaran. Dan terus mengajak dan menasehati dengan santun kepada Ilahi. 

terima kasih, salam 
Kurapikasoka

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

2 komentar

komentar
4 Juni 2016 pukul 12.42 delete

biasanya bagi penulis puisi pemula seperti ane akan kesulitan menentukan tema dan kalo temanya gak ketemu bakal males buat bikinnya.

Reply
avatar
6 Juni 2016 pukul 19.31 delete

memang agak bingung kalau tema tidak ditentukan terlebih dahulu.

Reply
avatar

silakan berkomentar dengan santun, inspiratif dan tidak mengandung SARA...mari saling menginspirasi