Puisi Cinta

Puisi Cinta

Berikut ini adalah beberapa puisi cinta yang ditulis chairil Anwar dengan sangat indah dan aduhai. Bahasa yang digunakan Chairil Awar terasa sangat damai.Meskipun terkadang gaya bahasa yang digunakannya tersirat dalam. "Kedalaman" yang mengesankan bahwa penyair ini telah begitu mengenal cinta. 

Chairil begitu pandai "mengantarkan" keharuan. Keharuan yang entah bagaimana menuliskannya. Setiap larik-lariknya serasa begitu hidup. Begitu mengalun. Alangkah bahagiannya kita bisa membaca dan memaknai puisi-puisi Chairil Anwar.  


chairil anwar si "binatang jalang" itu


TAMAN

Taman punya kita berdua
tak lebar luas, kecil saja
satu tak kehilangan lain dalamnya.
Bagi kau dan aku cukuplah 
Taman kembangnya tak berpuluh warna 
Padang rumputnya tak berbanding permadani 
halus lembut dipijak kaki. 
Bagi kita bukan halangan. 
Karena 
dalam taman punya berdua 
Kau kembang, aku kumbang 
aku kumbang, kau kembang. 
Kecil, penuh surya taman kita 
tempat merenggut dari dunia dan ‘nusia

Maret, 1943


SAJAK PUTIH
:buat tunanganku Mirat

bersandar pada tari warna pelangi 
kau depanku bertudung sutra senja 
di hitam matamu kembang mawar dan melati 
harum rambutmu mengalun bergelut senda

sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba 
meriak muka air kolam jiwa 
dan dalam dadaku memerdu lagu 
menarik menari seluruh aku 

hidup dari hidupku, pintu terbuka 
selama matamu bagiku menengadah 
selama kau darah mengalir dari luka 
antara kita Mati datang tidak membelah… 

Buat miratku, Ratuku! kubentuk dunia sendiri, 
dan kuberi jiwa segala yang dikira orang mati di 
alam ini! 
Kucuplah aku terus, kucuplah 
Dan semburkanlah tenaga dan hidup dalam tubuhku…

18 Januari 1944


PEMBERIAN TAHU

Bukan maksudku mau berbagi nasib, 
nasib adalah kesunyian masing-masing. 
Kupilih kau dari yang banyak, tapi 
sebentar kita sudah dalam sepi lagi terjaring. 
Aku pernah ingin benar padamu, 
Di malam raya, menjadi kanak-kanak kembali, 

Kita berpeluk cium tidak jemu, 
Rasa tak sanggup kau kulepaskan. 
Jangan satukan hidupmu dengan hidupku, 
Aku memang tidak bisa lama bersama 
Ini juga kutulis di kapal, di laut tak bernama!

1946

SENJA DI PELABUHAN KECIL
:buat Sri Ajati

Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut 
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut. 

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang 
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai ke empat, sedu penghabisan bisa terdekap.

1946


Tak Sepadan

Aku kira:
Beginilah nanti jadinya
Kau kawin, beranak dan berbahagia
Sedang aku mengembara serupa Ahasveros
Dikutuk-sumpahi Eros
Aku merangkaki dinding buta
Tak saru juga pintu terbuka
Jadi baik juga kita padami
Unggunan api ini
Karena kau tidak ‘kan apa-apa
Aku terpanggang tinggal rangga
Habis hangus di api matamu
‘Ku kayak tidak tahu saja
Cinta adalah bahaya yang lekas jadi pudar.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

silakan berkomentar dengan santun, inspiratif dan tidak mengandung SARA...mari saling menginspirasi